Bursa
Efek Indonesia (BEI) telah meluncurkan indeks acuan baru yaitu Indeks IDX30.
Seperti lazimnya, indeks harga saham merupakan statistik yang merepresentasikan
performa harga sejumlah saham. Saham yang jadi acuan dipilih berdasarkan
kriteria tertentu. Seperti indeks harga saham lainnya, Indeks IDX30 pun
diperkenalkan untuk mempermudah investor dan pelaku pasar lainnya untuk
memantau kinerja dan pergerakan harga saham yang jadi acuan indeks tersebut.
Seiring dengan perkembangan pasar modal, fungsi indeks juga berkembang tidak
hanya sebagai indikator pergerakan harga saham, tapi dapat digunakan sebagai underlying
sebuah produk investasi seperti ETF, Reksa Dana, maupun produk derivative
lainnya seperti Option atau Future.
Untuk
mengakomodasi kebutuhan tersebut, pada 23 April 2012, BEI meluncurkan sebuah
indeks baru yang dinamakan Indeks IDX30. Indeks IDX30 adalah indeks yang
terdiri dari 30 saham yang konstituennya dipilih dari konstituen Indeks LQ45.
Konstituen Indeks LQ45 dipilih karena saat ini Indeks LQ45 sudah dapat
menggambarkan kinerja saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar
besar. Hanya saja, beberapa fund manager merasa jumlah 45 saham tersebut
terlalu besar. Jumlah konstituen Indeks IDX30 yang terdiri dari 30 saham
memiliki keunggulan lebih mudah dilakukan replika sebagai acuan portofolio.
Selain itu, menurut teori portofolio, jumlah 30 merupakan jumlah diversifikasi
aset yang ideal dalam sebuah portofolio. Dasar pertimbangan pemilihan
konstituen Indeks IDX30 adalah faktor kuantitatif yang terkait dengan nilai,
frekuensi dan hari transaksi serta kapitalisasi pasar. Selain faktor-faktor
yang bersifat kuantitatif tersebut, BEI juga mempertimbangkan informasi
kelangsungan usaha, laporan keuangan dan pertimbangan lain, misalnya sedang
diberlakukan suspensi atau tidak.
Metodologi
penghitungan Indeks IDX30 sama seperti penghitungan indeks lain yang ada di BEI
yaitu metode market capitalization weighted average. Akan tetapi,
tidak tertutup kemungkinan di masa depan dapat diciptakan varian-varian baru
atas indeks IDX30 dengan menggunakan metode penghitungan berbeda. Indeks IDX30
telah dihitung mundur dari hari dasarnya, yaitu pada tanggal 30 Desember 2004
dengan nilai indeks 100. Dengan tersedianya data historis pergerakan indeks ini
dalam periode yang cukup panjang, para pengelola aset diharapkan akan lebih
tertarik memperkenalkan produk berdasarkan indeks IDX30 karena dapat jejak
rekamnya telah tersedia cukup panjang. Secara berkala, konstituen indeks IDX30
akan dikaji ulang setiap 6 bulan, yaitu setiap akhir bulan Januari dan Juli,
dan hasilnya akan diumumkan pada awal bulan berikutnya.
Ukuran
pasar dari Indeks IDX30 relatif besar. Jika dilakukan rata-rata dari Desember
2004 hingga April 2012, Indeks IDX30 memiliki kapitalisasi pasar hingga 64%
dari kapitalisasi pasar total BEI. Meskipun konstituen Indeks IDX30 hanya 30
saham atau 66,7% dari konstituen Indeks LQ45, akan tetapi kapitalisasi pasar
Indeks IDX30 mencakup 91% dari kapitalisasi pasar Indeks LQ45. Dari gambaran
sederhana di atas, dapat disimpulkan bahwa Indeks IDX30 cukup efektif untuk
mengambarkan pergerakan saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar
besar. Return historis Indeks IDX30 yang dihitung dari hari dasarnya,
yaitu 30 Desember 2004 sampai dengan 30 April 2012 adalah sebesar 259,05%,
lebih tinggi dibandingkan return dari Indeks Bisnis27 dan LQ45 jika
dihitung pada periode yang sama, yaitu masing-masing sebesar 252,49% dan
227,68%. Dengan kehadiran indeks baru ini, BEI berharap dapat melengkapi
indeks-indeks yang sudah ada selama ini seperti Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) serta sepuluh indeks saham sektoral. Selain itu, BEI juga memiliki
sembilan indeks saham lainnya yang memberikan gambaran yang lebih khusus
seperti Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI), Indeks KOMPAS100, Indeks BISNIS-27, Indeks PEFINDO25, Indeks
SRI-KEHATI, Indeks Saham Papan Utama dan Indeks Saham Papan Pengembangan.
Indeks IDX30 diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemodal untuk berinvestasi
pada saham dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar.
Selain itu diharapkan juga dapat digunakan sebagai produk investasi, yaitu
dengan menjadi underlying dari ETF, Reksa Dana, atau produk derivatif
lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar